Bagi pengusaha yang mau melaporkan SPT pribadi, penting untuk melakukan analisa arus kas terlebih dahulu guna menguji kewajaran penghasilan yang dilaporkan dengan posisi harta bersih yang dimiliki. Hal ini karena petugas pajak bisa dengan mudahnya mengendus penghasilan yang belum dilaporkan, hanya dengan melihat perubahan harta bersih dari tahun ke tahun, yang jika diabaikan, bisa memicu potensi denda pajak yang besar di kemudian hari.

Misalnya, tuan A melaporkan penghasilan pada tahun 2024 sebagai pengusaha sebesar Rp3 milyar per tahun. Di SPT nya, tuan A juga melaporkan penambahan harta bersih sebesar Rp3 milyar. Dari data ini, semua tampak wajar dan tidak ada selisih, tetapi jika ditelusuri dengan analisa arus kas, maka selisih ini adalah tidak wajar. Mengapa

1. Ada komponen biaya hidup
Jika atas seluruh penghasilan yang dilaporkan semuanya berubah jadi harta, maka pertanyaan selanjutnya: "biaya hidup pakai uang apa?" Hal ini bisa menjadi pertanyaan, sehingga, meskipun semua sudah tampak tally, tetapi petugas pajak bisa saja mempertanyakan laporan SPT kamu dengan mengirimkan SP2DK

2. Bisa berdampak ke pajak penghasilan perusahaan
Jika tidak ada satu rupiah pun dari penghasilan pribadi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (karena semua penghasilan berubah jadi asset), maka asumsinya, semua kebutuhan pribadi ditanggung oleh perusahaan, yang dalam hal ini, dilarang pengakuannya oleh undang-undang, sehingga harus dikoreksi fiskal dan berpotensi kena tarif 22%.

Oleh karena itu, penting bagi pengusaha untuk memasukan komponen ini dalam analisa arus kas, misalnya:

1. Data penghasilan real
2. Perbandingan harta bersih tahun ini dengan tahun sebelumnya, dan
3. asumsi biaya hidup tahunan
yang berguna untuk menjaga kewajaran pelaporan SPT pribadi sehingga menghindarkan kita dari potensi denda yang merugikan di kemudian hari.

Kira-kira begitu.

Punya masalah perpajakan? Konsultasi Sekarang!